Tren keperluan substansi bakar minyak (BBM) dan juga petrokimia hingga 2030 terus meningkat hingga mencapai 7.646 kiloton per tahun
Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menjalin kolaborasi dengan PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di memproduksi heavy aromatic, yang merupakan material baku pelarut atau solvent.
Saat ini, kapasitas produksi TPPI untuk menciptakan komoditas heavy aromatic mencapai 18 ribu barel atau setara 2.500 metrik ton per bulan.
"Komersialisasi heavy aromatic merupakan salah satu inisiatif PT Kilang Pertamina Internasional, selaku Sub Holding Refining & Petrochemical, pada melakukan diversifikasi serta ekspansi portofolio komoditas petrokimia," kata Vice President Commercial & Sales KPI Aji Danardono di keterangan resmi pada Jakarta, Minggu.
Aji mengutarakan selama ini sinergi KPI lalu TPPI sudah pernah terjalin dengan solid. KPI merupakan pemasok semua kondensat yang tersebut diolah TPPI berubah menjadi beraneka produk-produk petrokimia.
"Produk-produk yang digunakan dihasilkan dari sinergi ini di antaranya heavy aromatics, gasoline, paraxylene, dan benzene," jelasnya.
Sementara itu, Corporate Secretary KPI Hermansyah Y Nasroen menjelaskan heavy aromatic berfungsi untuk berubah jadi material baku produksi pelarut.
Selain itu, Kilang TPPI yang berlokasi di dalam Tuban, Provinsi Jawa Timur, mempunyai portofolio memunculkan produk-produk unggulan aromatik dan petroleum.
Untuk barang aromatik mencakup paraxylene, benzene, kemudian orthoxylene, sementara produk-produk petroleum mencakup mogas 92/Pertamax, mogas 90/Pertalite, dan juga gas oil/minyak solar.
Aji mengatakan KPI kemudian TPPI juga PT Pertamina Petrochemical Trading melakukan pengapalan barang heavy aromatic dengan besar sebesar 31 ribu barel ke Hazira Port, India.
Secara akumulatif, pada 2024, sinergi itu telah lama berhasil mengapalkan 56 ribu barel barang heavy aromatic menyusul pengapalan perdana pada Juni 2024.
Sinergi yang dimaksud dilaksanakan sejalan dengan target Pertamina untuk meningkatkan pendapatan dari petrokimia sebesar 10 miliar dolar Negeri Paman Sam hingga 30 miliar dolar Negeri Paman Sam pada 2030.
Lebih lanjut, Hermansyah juga memaparkan bahwa KPI melalui unit operasi lalu anak usahanya mengemban amanah menyokong bidang petrokimia nasional menyusul adanya tren permintaan materi bakar minyak (BBM) kemudian petrokimia hingga 2030 yang tersebut terus meningkat hingga mencapai 7.646 kiloton per tahun.
Sementara, pada waktu ini kapasitas domestik baru dapat memproduksi produksi sekitar 1.000 kiloton barang per tahun.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa KPI melakukan perubahan struktural usaha model kilang kemudian petrokimia guna mewujudkan visi profitable refinery.
"Selain TPPI, KPI sudah pernah mengembangkan kilang petrokimia terintegrasi diantaranya polypropylene ke Kilang Plaju, yang mana memproduksi Polytam (Polypropylene Pertamina), kilang paraxylene di Cilacap yang memproduksi paraxylene serta benzene juga barang lainnya, serta Kilang OCU (Olefin Convertion Unit) di dalam Balongan yang memproduksi propylene," kata Hermansyah.
Agresivitas portofolio kilang petrokimia terintegrasi KPI ditunjukkan dari performanya.
Adapun TPPI pada waktu ini mampu mengolah hingga 100 ribu barel per hari kondensat dan/atau nafta, menghasilkan 780 ribu ton paraxylene per tahun, 528 ribu ton benzene per tahun, dan juga 112 ribu ton orthoxylene per tahun.
Selain itu, Kilang TPPI juga mampu memproduksi LPG hingga 140 ribu ton per tahun, 1 jt ton light naphtha per tahun, 3,6 jt barel gas oil per tahun, kemudian 23,7 jt barel migas (92 lalu 90) per tahun.
Pascarestrukturisasi holding-subholding Pertamina, lanjutnya, kegiatan industri dilaksanakan dengan spirit "One Pertamina" yang digunakan berorientasi pada kolaborasi untuk menguatkan sinergi.
Pengapalan kargo heavy aromatic merupakan bagian dari Strategic Initiative Diversifikasi dan juga Optimasi Komersialisasi Sistem Petrochemical dan juga dilaksanakan sama-sama dengan dengan Direktorat Operasi KPI, TPPI lalu PT Pertamina Petrochemical Trading.
"Ke depannya KPI bersama-sama dengan Subholding Pertamina lainnya akan terus melakukan kolaborasi kemudian optimasi di produksi kemudian transaksi jual beli produk-produk petrokimia yang digunakan ramah lingkungan, juga dapat turut juga memberikan sumbangan positif untuk Indonesia," tutur Hermansyah.
KPI merupakan anak perusahaan Pertamina yang menjalankan industri utama pengolahan minyak serta petrokimia sesuai dengan prinsip lingkungan, sosial juga tata kelola (environment, social & governance/ESG).
KPI juga telah lama terdaftar di United Nations Global Compact (UNGC) serta berikrar pada Sepuluh Prinsip Universal atau Ten Principles dari UNGC di strategi operasional sebagai bagian dari penerapan aspek ESG.
Artikel ini disadur dari KPI-TPPI berkolaborasi memproduksi heavy aromatic