OPINI – Atas Asma Alloh Yang Maha Kasih Sayang
Karena memang benar kalimat diatas tak bisa jadi terpisah. Tersadar ketika kita berjumpa dengan sepenggal Firman-Nya, “Aku meliputi segala sesuatu” lalu itu ternyata tidak suatu pengertian yang tersebut sulit dipahami. Sesederhana indahnya dan juga selembut itu ayatnya hingga sesederhana pula pemahaman kita. Karena sesungguhnya nyatanya kita berada di dalam pada Kekuasaan-Nya, Penglihatan-Nya, Pengawasan-Nya, Pengintaian-Nya, Pendengaran-Nya, Pengetahuan-Nya, Pengkodratan-Nya, Kebesaran-Nya, Kehendak-Nya lalu sudah ada pasti berada pada Wujud-Nya. Kadang logika memungkiri bahwa kita hakikinya berada di pada Wujud-Nya. Kita yang tersebut sangat teramat kecil bernafas ke pada kebesaran juga keluasan Nafas-Nya yang tersebut tak terhingga. Jadi mana kemungkinan besar tiada Maha Benar dengan segala Firman-Nya; “Aku lebih besar dekat dari urat nadimu..”
Apakah kemungkinan besar tak ada sesuatu pun yang tersebut melakukan aksi di langit, di bumi, kemudian diantara keduanya tanpa Sepengetahuan-Nya padahal itu cuma bagian kecil dari Diri-Nya; bersambung dengan Firman-Nya: “Tak ada sesuatu pun yang tersebut menggerakkan ke muka bumi pada berhadapan dengan langit dan juga diantara keduanya tanpa Aku mengetahuinya… Dan tak akan lepas dari Pengawasan-Ku…”
Perumpamaan pemahaman yang digunakan simpel seperti ini: “Kita mengetahui di mana perut kita lapar, kita mengetahui sewaktu hati kita bersedih, kita mengetahui di mana kita haus; singkatnya kita mengetahui segala sesuatu yang mana berlangsung pada diri kita sendiri, semua elemen-elemen yang dimaksud ada pada diri kita.” Dan itu hanyalah sebuah perumpamaan yang tersebut sangat mudah agar pemahaman tercapai.
Pada akhirnya mustahil Dia tidaklah mengetahui segala sesuatu yang mana terjadi di pada Diri-Nya, dalam di Wujud-Nya.
Kesalahan fatal adalah kalimat “Manunggaling Kawulo Gusti” atau “Manunggaling Kawulo lan Gusti” betapa beraninya kita memanunggalkan diri kita dengan Diri-Nya. Karena Gusti sudah pernah manunggal dengan diri kita dengan semua Makhluk-Nya dengan semua Ciptaan-Nya tanpa kita sadari tanpa kita suruh tanpa kita berupaya tanpa kita berekayasa. Biarkanlah Dia yang mana menemukan kita, biarkanlah Dia yang tersebut memperkenalkan kita, biarkanlah Dia yang dimaksud menjumpai kita, biarkanlah Dia yang tersebut mengetuk pintunya, biarkanlah Dia yang hadir di kita, biarkanlah Dia lalu hanya saja Dia yang berhak membuka tirainya. Karena tiada daya lalu upaya kecuali dari Diri-Nya sendiri Yang Maha Mulia Maha Agung. Dan itupun menurut pendapat saya tanpa menurunkan rasa hormat pendatang yang digunakan berpendapat. Jika kita mau meralat–dengan segala kerendahan hati lalu kelemahan diri kita–alangkah indahnya apabila kalimatnya berubah menjadi seperti ini: “Manunggaling Gusti lan Kawulo”. Dan hanya sekali Dialah yang tersebut mempunyai kebenaran.
Penulis : Jagad Dewa Batara
Artikel ini disadur dari Jagad Dewa Batara: Di Dalam Samudra Kehendak-Nya