Endhog-Endhogan, Tradisi Warga Banyuwangi Peringati Maulid Nabi

BANYUWANGI – Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, hampir pada seluruh desa pada Banyuwangi menyelenggarakan tradisi endhog-endhogan. Seperti yang terlihat dalam Desa Kembiritan, Kecamatan Genteng, Daerah Banyuwangi, Jawa Timur, Awal Minggu (16/9/2024). Kepala Kabupaten Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sama-sama ribuan warga tampak antusias mengikuti jalannya pawai endhogan-endhogan tersebut.

Dalam tradisi ini, telur (endhog) rebus dihias dengan bunga kertas sesudah itu ditancapkan ke pohon pisang berhias (jodhang) untuk diarak keliling kampung sebelum dikumpulkan/ditaruh ke masjid. Dalam Tradisi Endog-endogan ini setiap saat diiringi dengan pembacaan sholawat nabi, kitab barzanji, lalu zikir dan juga doa-doa. Pawai yang tersebut dikemas di Festival Endhog-Endhogan yang dimaksud berlangsung meriah dengan dihadiri oleh ribuan warga. Mereka melakukan pawai dengan mengarak ribuan pohon telur (jodhang) sejauh 1, 5 km, dari depan Masjid Baiturrahman menuju Kantor Desa Kembiritan.

Iringan rebana, musik-musik islami, juga lantunan sholawat nabi yang terus menggema menghasilkan semarak suasana pawai. Arak-arakan jodhang, kembang telur beraneka warna, juga ornamen-ornamen bernuansa islami juga menghasilkan suasana semakin atraktif. Ada replika ka’bah, relur raksasa, hingga kubah masjid berukuran besar. “Saya sangat mengapresiasi gotong-royong warga Desa Kembiritan pada melaksanakan tradisi Endhog-endhogan. Tradisi ini merupakan bentuk ekspresi kecintaan penduduk terhadap baginda Nabi Muhammad SAW. Sekaligus kompetisi silaturahmi untuk mempererat persaudaraan, ” kata Kepala Daerah Ipuk pada waktu melepas pawai Festival Endhog-Endhogan.

Di desa ini, tradisi endhog-endhogan setiap saat diselenggarakan meriah setiap tahun ketika peringatan keras hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi endhog-endhogan sendiri sangat populer di Banyuwangi sejak abad ke-18. Hampir di dalam setiap kampung pada Banyuwangi, warga menyambut Maulid Nabi (Kelahiran Nabi Muhammad SAW) secara sukacita dengan mengarak ribuan telur mengelilingi kampungnya.

Menurut Ipuk, event ini bukanlah sekadar mengarak ribuan telur yang dimaksud ditancapkan di dalam batang pohon pisang, namun sebagai simbol nilai-nilai Islam yang mana harus dimiliki setiap umat muslim. Tradisi ini juga bermetamorfosis menjadi pengungkit kegiatan ekonomi warga. Tak belaka pedagang telur yang digunakan kelarisan dagangan, para perajin juga penjual kembang telur juga kecipratan rezeki akibat permintaan yang tersebut tak pernah sepi.  

“Tak belaka itu, tradisi endhog-endhogan juga menjadi sarana edukasi bagi anak-anak agar semakin mencintai Baginda Rosul (Muhammad SAW), kemudian menjadikan Beliau sebagai idola. Dengan terus menggemakan contoh-contoh baik Beliau, harapannya anak-anak akan terbiasa meneladani sifat-sifat Beliau, ” kata Ipuk.

Sementara itu, Ketua panitia festival, Muhammad Izzudin menjelaskan, pawai endhog-endhogan disertai tambahan dari 1000 partisipan yang tersebut berasal dari 7 dusun dalam Desa Kembiritan Kecamatan Genteng. “Usai pawai, festival dilanjutkan dengan pembacaan dzikir maulid serta pengajian umum. Sebelumnya, juga diawali dengan aksi membaca 1000 selawat yang dimaksud sudah pernah dimulai sejak 5 September lalu, ” ujarnya. (***)

Artikel ini disadur dari Endhog-Endhogan, Tradisi Warga Banyuwangi Peringati Maulid Nabi

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *