PALANGKA RAYA – Perguruan Silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalimantan Tengah (Kalteng), adalah perkumpulan seni budaya bela diri yang mana dimiliki salah satu anak bangsa suku Dayak dalam bumi Tambun Bungai.
Keberadaan suatu Perguruan silat, tentunya dilihat dari siapa sosok guru besar yang ada dimiliki oleh Perguruan yang dimaksud kemudian latar belakangnya selama ini.
Seperti diketahui, Perguruan Silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalteng, sekretariatnya berada ke jalan Yos Sodarso 18 Kelurahan Palangka Raya Kecamatan Jekan Raya, Kalimantan Tengah, baru – baru ini melaksanakan prosesi akhir latihan atau Batamat pada memperdalam seni bela diri yang digunakan dimiliki guru besarnya.
Asri nama yang tersebut masih belum familiar dikenal di kota Cantik Palangka Raya ini, merupakan guru besar yang digunakan dimiliki oleh Perguruan Silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalteng, namun sosok ini di wilayah Kota Murung Raya (Mura), Kalteng sangat dikenal akan kepiawannya di seni bela diri khas rakyat suku Dayak, yaitu Kuntau.
Kepada media ini, guru besar Perguruan silat Kuntau Dayak Antang Manari ini, menceritakan pengalamannya di melestarikan kebudayaan suku Dayak ini. Dalam kesehariannya, Asri biasa dipanggil memiliki murid sudah ada kurang lebih besar 3.000 pemukim ke kabupaten Murung Raya juga ketika ini memberikan pelajaran seni bela diri pada kota Palangka Raya.
“Di Murung Raya saya miliki murid sekitar 3.000 penduduk lebih, ” kata Asri guru besar Silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalteng.
Diceritakannya bahwa dirinya sebelum pada waktu masih kanak – kanak, pada waktu itu digembleng oleh ayahnya kemudian dibekali seni bela diri untuk dirinya sebagai menyimpan diri dikemudian hari.
Kuntau, adalah seni bela diri yang dimiliki oleh suku Dayak dengan beraneka macam variasi seni gerak yang dimaksud disimbolkan dengan bahasa kata “Bunga”.
” Kuntau itu pada sejarahnya dahulu, tak sembarang mampu diajarkan untuk pendatang lain oleh guru, dikarenakan pernah kejadian muridnya pernah meninggal akibat sumpah dari sang guru , ” ungkapnya.
Tanpa menyebutkan untuk siapapun itu guru yang mana mengajarkan, tentunya semua tergantung pada sosok guru besar yang tersebut dimiliki oleh Perguruan silat tersebut.
Karena sosok orang guru besar pada Perguruan Silat Kuntau, memiliki hormat tersendiri di penyelenggaraan nya.
Guru besar Silat Kuntau ini pun menyampaikan bahwa hal ini dilakukannya tidak untuk dikomersilkan demi kepentingan dirinya sendiri, akan tetapi untuk kepentingan adat istiadat warga suku adat Dayak kedepan.
Pelestarian kebudayaan yang dimiliki komunitas adat Dayak Kalteng penting dilestarikan demi anak cucu, agar mengetahui kebudayaan serta sejarah leluhurnya pada zaman bahari.
“Secara sektor ekonomi pribadi saya sebagai guru besar tidak ada sesuai, akan tetapi hal ini demi sanggup melestarikannya kebudayaan yang mana kita miliki, ” imbuh Asri ini menyampaikan.
Asri sangat berharap agar pihak pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dan juga tempat juga lembaga adat Dayak yaitu Dewan Adat Dayak (DAD) khususnya, bisa saja memfasilitasi akan keberadaan seni bela diri yang digunakan dimiliki oleh Perguruan Silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalteng.
Selama ini, untuk operasional kegiatan pembelajaran kesenian ini belaka berasal dari pendatang – pendatang yang mendaftarkan diri sebagai murid, juga itupun bukan musti harus membayarkan seperti diharapkan.
“Setiap murid diminta kewajiban hanya saja 500 ribu rupiah, lalu terkadang itupun dicicil sesuai kemampuan murid, ” sebutnya.
Dirinya tiada munafik akan keberadaan Perguruan silat yang dimaksud di bimbingnya pada waktu ini, perhatian juga donator akan kelangsungan Perguruan silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalteng tidaklah ada perhatian secara langsung dari pemerintah kemudian lembaga adat Dayak khususnya DAD.
Harapannya agar ke depan pihak pemerintah sanggup lebih lanjut solid dengan kelembagaan adat Dayak selama ini, meninjau keberadaan Perguruan Silat Kuntau, dan juga Perguruan lainnya di melestarikan kebudayaan seni bela diri, sanggup dibina juga diperhatikan.
Tentunya harapannya agar budaya seni bela diri ini jangan sampai hilang atau hilang regenerasi selanjutnya, sehingga jati diri manusia suku Dayak akan pudar pada hidup sehari – harinya.
“Intinya untuk menjadi guru besar di Perguruan silat Kuntau bukan sembarangan, ada silsilah tersendiri yang mana dipertanggung jawabkan nya, ” tegas Asri.
Terkahir, Asri menyampaikans agar bisa saja dimanfaatkan kesempatan ini, bagi kalanga yang ingin berubah jadi murid – murld
Disampikannya kembali, untuk berubah menjadi murid Perguruan silat Kuntau ini, tidak ada memandang dari manapun suku dan juga agamanya, semua dapat diajarkan demi kelestarian adat budaya Dayak kedepannnya.
Dari sejak sekolah di dalam SD, SMP, SMA lalu mahasiswa, diperkenankan untuk sanggup berubah menjadi muridnya. Dan Ini adalah untuk memupuk kedisiplinan murid ; murid yang dimaksud akan terlibat berlatih. Waktu untuk memperdalam silat Kuntau, diperlukan waktu sekitar 40 hari juga akan diwujudkan prosesi akhir terdiri dari dikatakan “Batamat”
Selain memproduksi diri murid – murid baik secara Jasmani lalu Rohani, juga sebagai memperdalam seni bela diri untuk murid – muridnya kelak.
“Hal ini tidak untuk takut memakuti penduduk lain, akan tetapi sebagai bekal dikemudian harinya, ” tandasnya kembali.
Eksensitas kelangsungan Perguruan pencak Antang Manari Kalimantan Tengah, tergantung dari sosok manusia guru besar yang dimaksud mengajarkan semua.
Pada kesempatan ini, diharapkan agar generasi muda, baik dari generasi muda baik itu tamatan atau belum, SMU juga SMP bisa saja bergabung andil pada Perguruan Silat kungau Dayak Antang Manari, sebagai murid dengan tujuan pelestarian budaya Adat Dayak Kalteng” Terangnya menegaskan.
Budi HD sebagai kepala pasukan Perguruan Silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalteng, menginginkan agar keberadaan Silat Kuntau yang tersebut diajarkan oleh guru besar Asri pada waktu ini, dapat menjadikan kesenian bela diri asli milik warga Dayak Kalteng, benar – benar dapat di dalam manfaatkan secara baik oleh segenap generasi pemuda kemudian pemudi Kalteng, agar kebudayaan ini jangan sampai pudar atau punah ditelan masa.
“Sebagai putra area yang mana peduli akan kebudayaan yang dimaksud dimiliki, keberadaan Perguruan silat Kuntau Dayak Antang Manari ini sanggup berubah menjadi aset area yang tersebut harus dipertahankan lalu diberdayakan oleh pemangku kepentingan, ” ujarnya.(//)
Artikel ini disadur dari Asri Guru Besar Silat Kuntau Dayak Antang Manari Kalteng, Simbol Marwah Perguruan