Menteri ESDM siapkan strategi kejar target produksi migas pada 2030

Menteri ESDM siapkan strategi kejar target produksi migas pada 2030

pemerintah melakukan peningkatan produksi dari lapangan-lapangan eksisting, yang digunakan ditambah teknologi ‘enchanced oil recovery’ (EOR).

Jakarta – Menteri ESDM Arifin Tasrif menyiapkan beberapa orang strategi baik di jangka pendek, menengah, maupun panjang, untuk mengejar target produksi minyak bumi sebesar satu jt barel per hari juga produksi gas bumi 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD) pada 2030.

Menurut dia, di keterangannya ke Jakarta, Minggu, untuk strategi jangka pendek, pemerintah melakukan peningkatan produksi dari lapangan-lapangan eksisting, yang digunakan ditambah teknologi enchanced oil recovery (EOR).

Upaya yang disebutkan direalisasikan dengan pengeboran lebih besar dari 1.000 sumur pengembangan setiap tahun, reaktivasi sumur idle sejumlah 1.000-1.500 sumur per tahun, dan juga percepatan eksekusi CEOR Minar Area 2, Steamflood Rantau Bais, dan juga Simple Surfactant Balam South.

Untuk strategi jangka menengah, lanjut Arifin, dikerjakan melalui transformation R-to-P dan juga full scale EOR lalu waterflood.

Sejumlah upayanya antara lain percepatan proyek 125 POD/OPL/OPLL baru, percepatan POD 58 undeveloped discoveries, percepatan 55 lapangan CEOR, kemudian WF melalui strategic alliance, full scale EOR Minas, juga menyokong pembangunan ekonomi hulu migas China ke Indonesia.

Sementara, untuk strategi jangka panjang adalah dengan melakukan eksplorasi juga pengembangan migas nonkonvensional, yang digunakan meliputi pengeboran eksplorasi target giant prospect dengan rata-rata 54 sumur per tahun, dan juga melakukan kerja serupa migas nonkonvensional dengan pemain besar bumi seperti EOG, Resources, dan juga CNPC.

Lebih lanjut, Menteri Arifin mengakui target produksi migas pada 2030 yang disebutkan merupakan tantangan besar yang tersebut harus diselesaikan, mengingat pemerintah berada dalam berpacu dengan waktu untuk pencapaian tersebut.

Di sisi lain, sejak beberapa tahun terakhir, produksi minyak dan juga gas bumi dalam Nusantara terus mengalami penurunan akibat berkurangnya cadangan dan juga tantangan teknis di hal eksplorasi.

Kondisi itu berdampak signifikan terhadap ketahanan energi nasional kemudian neraca keuangan nasional.

"Dari tahun 2020 memang benar produksi minyak bumi terus turun akibat kita sekarang mengatur lapangan-lapangan tua dan juga belum ketemu prospek lapangan minyak baru, tapi kita selalu mengupayakan prospeknya," ucapannya pada waktu acara temu media di dalam Kantor Ditjen Migas Kementerian ESDM, Jakarta, hari terakhir pekan (2/8/2024).

Arifin menyampaikan pergerakan produksi minyak bumi berada di dalam 708 MBOPD pada 2020, berikutnya pada 2021 turun berubah jadi sebesar 659 MBOPD, pada 2022 sebesar 612 MBOPD, 2023 sebesar 606 MBOPD, dan juga per 2 Juni 2024, di nomor 578 MBOPD.

Sementara, menurut dia, untuk gas bumi, prospek ke depan bisa jadi lebih lanjut baik, lantaran produksinya relatif stabil juga ada tren kenaikan.

"Gas memang sebenarnya sempat turun, tapi sekarang ada tren kenaikan, kalau target gas 12 BSCFD ini, insya Allah dapat ketemu, dengan adanya temuan-temuan sumber gas baru, prospek pada Andaman, South Andaman, lalu juga pada Selat Makassar," sebut Menteri ESDM.

Artikel ini disadur dari Menteri ESDM siapkan strategi kejar target produksi migas pada 2030

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *